CAHAYASIROH.COM

Selasa, 11 Januari 2011

Teman sebaya komunitas berharga

           Sobat siroh, kata teman identik dengan orang lain yang sudah kita kenal dan berinteraksi beberapa kali atau lebih. Bahkan ketika begitu dekatnya kita pada seorang teman, kita sering menyebut sahabat. Teman adalah bagian hidup yang tidak bisa dihindari oleh semua manusia. Justru tatkala orang yang hidup tanpa teman apa yang terpikir oleh orang lain yang melihatnya?
Kali ini, kita dapat menyepakati bahwa memiliki teman adalah sebuah keharusan bagi manusia, karena Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah, jahil, tergesa-gesa dan mudah berkeluh kesah, sehingga manusia pun butuh untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itulah, manusia juga dikenal sebagai makhluk sosial. Allah pun berfirman bahwa orang-orang yang beriman itu bersaudara. Namun, karena kefitrahan kita selaku manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Kita dengan seenaknya saja menentukan orang yang bisa kita anggap teman berdasarkan selera dan nafsu. Coba kita muhasabbah diri, kecenderungan kita memilih teman adalah berdasarkan hobi, minat, pemikiran, dan pandangan. Lalu, apakah cara itu sudah benar dalam memilih teman? Apakah Nabi mengajari bagaimana memilih teman ? Apakah ada batasan-batasannya?
Sobat siroh, tetap istiqomah belajar pada Nabi ya !!!, Contoh yang akurat dan tidak mungkin salah telah di sampaikan oleh Nabi. Ada pelajaran yang berharga dari Nabi untuk kita anak Indonesia. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli darinya, atau kamu bisa mendapatkan wanginya. Dan seorang pandai besi bisa membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapat baunya yang tidak sedap." (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (No. 5534), Muslim (No. 2638) dan Ahmad (No.19163)
Inspirasi yang nyata telah Nabi sampaikan. Teman adalah personifikasi diri kita. Maka sebuah keharusan bagi kita untuk cermat dalam memilih teman. Karena teman adalah merupakan komunitas berharga. Pelajaran memilih teman sudah Nabi rasakan dan inspirasikan saat ia berada di perkampungan Bani Saad. Selain Nabi belajar meingkatkan kualitas GIZI dan BAHASA ASLI, Nabi pun belajar dengan teman-teman sebayanya. Perkampungan Bani Saad yang di scenario kan oleh Allah sebagai tempat pendidikan Nabi, membawa pesan tersirat bahwa masyarakatnya memiliki kepribadian yang luar biasa. Teman sebaya yang hidup dan bermain bersama nabi akan kita ketahui kualitasnya sebagaimana kualitas Nabi kita.
Sobat siroh, mudah sekali bagi seseorang menilai kepribadian kita. Seperti yang di ungkapkan oleh Sayyidina Ali : “ Kalau kalian ingin melihat kepribadian seseorang maka lihatlah teman-temannya”. Rasulullah juga mengingatkan, "Seseorang itu dipengaruhi oleh agama teman-temannya. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan siapa kita bergaul."
Lalu, bagaimana Kriteria teman yang layak untuk sobat siroh???, Ali Zaenal Abidin berkata kepada putranya, "Wahai anakku, berhati-hatilah terhadap lima kelompok. Jangan berteman dan jangan berbicara kepada mereka, serta jangan menjadikannya teman dalam perjalanan." Lalu putranya bertanya tentang lima kelompok itu. Sang ayah pun menjawab, "Pertama, berhati-hatilah dan jangan bergaul dengan orang yang berkata dusta. Dia bagaikan bayangan yang mendekatkan engkau dari sesuatu yang jauh dan menjauhkan engkau dari hal yang dekat. Kedua, berhati-hatilah dan jangan bergaul dengan orang yang fasik, sebab dia akan menjualmu seharga butiran atau lebih rendah dari itu." "Ketiga, berhati-hatilah engkau dan jangan bergaul dengan orang kikir, sebab dia akan menjauhkanmu dari hartanya ketika engkau memerlukannya. Keempat, berhati-hatilah engkau dan jangan bergaul dengan orang yang dungu, sebab dia ingin mendapat manfaat darimu, tetapi mencelakakanmu. Kelima, berhati-hatilah dan jangan bergaul dengan orang yang tidak memperhatikan kerabatnya, sebab aku mendapatkannya sebagai orang yang dilaknat Alquran dalam tiga tempat.
Sayidina Ali berkata, "Sesungguhnya, ada tiga jenis teman bagi seorang Muslim. Pertama, teman yang berkata, 'Aku bersamamu di kala engkau hidup atau pun mati,' dan inilah amalnya. Kedua, teman yang berkata, 'Aku bersamamu hanya sampai kuburanmu, kemudian meninggalkanmu,' Inilah anaknya."Ketiga, teman yang berkata, 'Aku bersamamu hingga engkau mati,' inilah kekayaannya yang akan menjadi milik ahli waris ketika dia meninggal." Amal salehlah yang dapat menolong seseorang tatkala menghadapi pengadilan Tuhan dan tatkala tiada seorang pun sebagai penolong." Oleh karena itu, setiap Muslim perlu memperhatikan etika pertemanan dan berusaha menjadi teman yang sejati.
Sobat siroh, setelah kita sudah dapat memilih siapakah yang layak menjadi teman, lalu bagaimana mengelolanya. Mari kita belajar lagi pada Nabi. Dalam mengelola pertemanan, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:
• Cinta karena Allah
Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah SWT dan karena Allah SWT semata, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.
Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah SWT. Tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Orang yang semacam inilah yang kelak pada hari kiamat akan mendapat janji Allah SWT. Rasulullah SWA bersabda,
"Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berseru, “Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagunganKu? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindunganKu, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindunganKu." (HR. Muslim).
Persahabatan yang dijalin karena kepentingan duniawi tidak mungkin bisa langgeng. Bila manfaat duniawi sudah tidak diperoleh biasanya mereka dengan sendirinya berpisah bahkan mungkin saling bermusuhan. Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, mereka akan menjadi saudara yang saling mengasihi dan saling membantu dan persaudaraan itu tetap akan berlanjut hingga di negeri akhirat.
• Ungkapkan cinta karena Allah SWT
Diriwayatkan oleh Anas ra.,
"Ada seorang laki-laki di sisi Nabi SAW. Tiba-tiba ada sahabat lain yang berlalu. Laki-laki tersebut lalu berkata, "Ya Rasulullah SAW, sungguh saya mencintai orang itu (karena Allah SWT)." Maka Nabi SAW bertanya, "Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?" "Belum", jawab laki-laki itu. Nabi SAW bersabda, "Maka bangkit dan beritahukanlah padanya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara kalian." Lalu ia bangkit dan memberitahukan, "Sungguh saya mencintaimu karena Allah." Maka orang ini berkata, "Semoga Allah SWT mencintaimu, seperti engkau mencintaiku karenaNya." (HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani).
• Lemah lembut, bermuka manis dan saling memberi hadiah
Rasulullah SAW bersabda,
"Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjumpai saudaramu dengan wajah berseri-seri." (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Dalam sebuah hadits lain yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. disebutkan,
"Allah SWT mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu." (HR. al-Bukhari)
Dalam hadits lain riwayat Muslim disebutkan
"Bahwa Allah SWT itu Maha Lemah Lembut, senang kepada kelembutan. Dia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikanNya kepada kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya."
Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih sayang adalah saling memberi hadiah di antara sesama teman. Rasulullah SAW bersabda,
"Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian." (HR. Imam Malik)
• Saling Menasihati
Perilaku ini terkadang sulit dilakukan oleh semua manusia, apalagi kalau teman kita sudah terlanjur memberikan bantuan yang berlebih untuk kita. Maka, pentingnya persahabatan di bangun dengan saling menasehati agar setiap tindak-tanduk perilaku ada yang mengkontrolnya. Teman adalah salah satu cara mengkontrol perilaku kita.
• Berlapang Dada dan Berbaik Sangka
Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kedzhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda,
"Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya." (HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata "hasan")
Termasuk bumbu pergaulan dan persaudaraan adalah berbaik sangka (khusnudzon) kepada sesama teman, yaitu selalu berpikir positif dan memaknai setiap sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi dan gambaran yang baik, tidak ditafsirkan negatif. Rasulullah SAW bersabda, : "Jauhilah oleh kalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling dusta" (HR.Bukhari dan Muslim)
• Menjaga Rahasia
Setiap orang punya rahasia. Biasanya rahasia itu disampaikan kepada teman terdekat atau yang dipercayainya. Anas ra. pernah diberi tahu tentang suatu rahasia oleh Rasulullah SAW. Anas ra. berkata,
"Nabi SAW merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya." (HR. Al Bukhari)
Teman dan saudara sejati adalah teman yang bisa menjaga rahasia temannya. Orang yang membeberkan rahasia temannya adalah seorang pengkhianat terhadap amanat. Berkhianat terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.
Sobat siroh, mari kita ciptakan KOMUNITAS BERHARGA dengan memilih teman…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Assalamu'alaikum wr.wb
Salam Peduli pendidikan anak

Berikan tanggapan dan motivasi anda untuk kebaikan anak-anak