CAHAYASIROH.COM

Sabtu, 29 Januari 2011

Kekuatan Berkisah



             
Berkisah saat ini merupakan kegiatan yang menjadi solusi yang efektif sebagai pengisi ruang-ruang kosong anak-anak saat melakukan aktifitasnya. Seringkali, berkisah dijadikan program unggulan di setiap lembaga jika mengadakan sebuah acara.  Banyak hal penyebab berkisah dijadikan alternatif bentuk kegiatan untuk anak-anak. Antara lain :
ð  Memberikan pesan bermakna yang sesuai dengan bahasa anak
ð  Menyeimbangkan pengaruh negatif teknologi dengan kegiatan berkisah
ð  Mengisi pemikiran anak dengan cerita-cerita bermakna
ð  Menyampaikan pembelajaran dengan dunia anak, dll

Bahkan ketika kita melihat di jejaring sosial, ada sekumpulan orang dan individu memilih aktifitasnya menjadi seorang pengkisah, yang popular saat ini dengan sebutan pendongeng. Ternyata Berkisah dan mendongeng menjadi komoditi yang menarik buat orang-orang yang mempunyai kemampuan berkisah di depan banyak orang.

Maka, kini sudah banyak konsentrasi orang-orang dewasa kepada tumbuh kembang anak-anak bangsa saat ini. Namun, perlu kita cermati bersama bahwa berkisah itu bukanlah tugas segelintir orang saja dan juga pada segmen tertentu saja. Berkisah merupakan tugas seluruh manusia dan untuk seluruh manusia pula. Isyarat ini telah Allah gambarkan dalam surat Alfatihah. Surat yang menjadi rukun sholat. Jikalau kita tidak membaca surat Alfatihah, maka tidak sah sholat kita. Coba kita cermati di ayat-ayat terakhir. Ketika kita mengucapkan satu ayat yang artinya : “ Tunjukkan kami jalan yang lurus”. Kalimat permohonan dari kita saat sholat untuk meminta petunjuk jalan yang lurus. Maka di ayat berikutnya adalah jawaban : “ Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri ridho bukan jalan orang yang Engkau murkai dan sesat.  
Pertanyaan pada diri kita seperti apakah orang-orang yang di beri Ridho oleh Allah, seperti apakah orang-orang yang di murkai Allah, seperti apakah jalan orang-orang yang sesat. Kita akan dapat mengetahuinya dari kisah-kisah orang-orang terdahulu. Seperti kisah Kaum ‘ad dan Kaum Tsamud yang di abadikan dalam Alqur’an. Dan banyak lagi kisah-kisah yang bertebaran di dalam Alqur’an sebagai inspirasi bagi kita bahwa Berkisah adalah tugas kita semua.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kita saat berkisah. tadabur firman Allah Q.S Yusuf ayat 111, memberikan beberapa syarat berkisah antara lain :
ð  Hindari kisah fiktif.
ð  Kisah membangun keimanan  karakter iman.
ð  Memberikan penjelas untuk segala sesuatu.
ð  Memberikan petunjuk dan rahmat.

Lalu teknis apa saja yang perlu dipersiapkan dan kita miliki untuk menjadi seorang pengkisah, antara lain :
ð  Maksimalkan Tubuh
ð  Libatkan
a. Media
b. Orang lain
c. Lingkungan
d. Kesempatan emas
e. Pertanyaan terbuka
ð  Fahami dan resapi kisah yang disampaikan
ð  Senantiasa memantapkan iman.
a. Ibadah
b. Membaca dan mendengarkan kisah dari ahlinya
c. Berdo’a dan Mendo’akan
Perlu menjadi sebuah catatan, dahulu kala pendongeng atau pencerita menjadi orang yang sangat dibenci para ulama. Kenapa demikian, karena seorang pencerita dahulu kala, hanya menjadikan dirinya sebagai penghibur, seringkali improvisasi keluar dari konteks yang dibicarakan, tidak ada bedanya antara pelawak dan pencerita, mengeluarkan kalimat-kalimat berbohong yang mengatasnamakan ulama hadits dan ayat-ayat qur’an. Kita selaku pencerita adalah guru, yang senantiasa bertutur kata yang tepat dan tingkah laku yang teladan. Pencerita bukanlah menjadi selebritis saja tapi menjadi agen perubahan untuk anak-anak. Selamat, semoga kita menjadi orang-orang pilihan Allah menjadi agen perubah melalui kisah-kisah yang bermakna. Sampaikan lisan dengan hati yang mendalam, contohkan perilaku dengan teladan yang mapan.
Wallahu’alam…

-Kak Dodo-

Kekuatan bermain peran


            “ Dunia ini panggung sandiwara, cerita nya mudah berubah. Ada peran wajah dan ada peran berpura-pura, mengapa kita bersandiwara- mengapa kita bersandiwara”.

            Sepenggal kalimat yang dimuat dalam lirik lagu “ Dunia panggung sandiwara”. Karena, dunia diciptakan oleh Allah untuk meletakkan Makhluk hidupnya untuk melakukan proses penyiapan mereka untuk kembali kepada-Nya. Diantara Makhluk-makhluk Allah yang diciptakan ada yang melakukan aktifitas di dunia penuh dengan persiapan akhirat full, ada yang persiapan separuh akhirat separuh dunia, ada yang melakukan persiapan full dunia.
            Namun, kali ini kita perlu memberikan sebuah kesepakatan pemahaman bahwa dunia adalah tempat tinggal manusia untuk menentukan nasibnya dikemudian hari. Entah nasib jangka pendek atau nasib jangka panjang yakni akhirat. Setuju!!!
            Sehingga, dunia ini sangat berperan kuat terhadap tingkah laku dan performa hidup disetiap aktifitas yang kita jalani. Maka pada saat itulah ada gerakan-gerakan atau aktifitas-aktifitas yang berujung pada melakukan peran. Ketika kita adalah seorang anak kecil maka, peran menjadi seorang anak kecil yang sesuai fitrahnya pun dilakukan. Ketika kita seorang ibu rumah tangga, maka peran menjadi ibu rumah tanggalah yang dominan disetiap aktifitasnya, begitu seterusnya. Bahkan diantara manusia ada yang dapat memposisikan dalam satu hari dapat merubah posisi perannya secara alami saja. Misal seorang ibu : pagi hari ia berperan sebagai istri yang menyiapkan segala perlengkapan suami, setelah suami berangkat berubah peran sebagai seorang ibu yang melayani dan membantu anak untuk persiapan berangkat sekolah. Setelah anak dan ayah berangkat berubah peran menjadi pembantu. yakni menyiapkan makanan dan merapihkan rumah, begitu seterusnya.
            Peran-peran yang dilakukan setiap manusia sangat menunjukkan karakter yang  kita bisa nilai langsung secara kasat mata. Jikalau pembaca beraktifitas menjadi seorang guru, yang setiap hari perannya memberikan teladan kepada anak murid, Bagaimana bentuk karakternya. Jikalau pembaca adalah seorang Pegawai sipil bagaimana karakternya, dan seterusnya. Begitupula daerah tempat kita tinggal dapat memicu peran-peran seperti apa yang kita lakukan sehingga dapat memunculkan karakter yang sudah matang pada diri kita. Namun, itu semua jika tidak didasarkan dengan karakter iman bisa menjadikan peran-peran yang dilakukan selama di dunia membuat karakter yang negative pada pribadi manusia, dan mendarah daging.
            Maka, bermain peran yang dilakukan secara alami mempunyai kekuatan yang luar biasa terhadap pembentukan karakter iman. Kehidupan di masyarakat dari bangun tidur sampai tidur lagi ( seperti lagunya mbah surip) semua menunjukkan kehidupan bermain peran. Lakukan bermain peran alami itu dengan karakter iman, agar tidak kebablasan.
            Kali ini, kita bisa melatih dan menciptakan pelatihan-pelatihan yang dilakukan secara berkala dengan pelatihan bermain peran, bahasa kerennya saat ini “teater”. Penulis saat, ini agak kurang cocok menyebutnya teater, tapi lebih cocok dengan sebutan Olah Karakter Imani. Bentuk kegiatannya mirip dengan teater, tinggal memunculkan peran-peran karakter yang dilakukan oleh peserta dengan memberikan contoh pada karakter-karakter positif yang dilakukan nabi dan para sahabatnya. Coba bayangkan, seandainya seorang anak yang sering disebut sebagian pendidik hyperaktif lalu dia mengikuti olah karakter imani dengan memahami betul kehidupan seorang Umar bin Khatab. Maka peran, umar akan dimunculkan oleh anak tersebut begitu seterusnya.
            Jikalau kehidupan bermain peran ini dimunculkan secara serius dibeberapa institusi sebagai kurikulum pembentukan karakter iman, maka contoh-contoh real akan mudah dipahami oleh anak-anak dan mereka langsung merasakannya. Bukankah guru yang termahal adalah pengalaman?. Maka bermain peran adalah pengalaman yang berarti untuk anak-anak dan menjadi guru yang dahsyat dalam membantu proses pembentukan karakternya.
            Selamat anda termasuk orang yang peduli menjadi pengasuh anak-anak di Indonesia ini dengan memulai pembelajarannya dengan bermain peran... wallahu’alam

-Kak Dodo-

Kekuatan Aktifitas di Alam



            Keseharian yang rutinitas dirasakan semua insan, namun rutinitas yang berpola terkadang membuat kehidupan nampak datar. Sehingga kehidupan yang datar diperlukan temuan-temuan yang kreatif agar dapat memberikan hiasan keindahan pada kehidupan yang dilalui semua insan. Seringkali improvisasi-improvisasi yang dilakukan semua insan, untuk dapat mengisi suasana kehidupan yang mengejutkan, dilakukan dengan kejutan pula. Namun, saat ini kita perlu segera merapihkan setiap kejutan-kejutan itu mengarah pada hal-hal yang positif. Hal-hal yang positif itu bisa kita namakan “ kekuatan pengembangan karakter”. Darimana sajakah munculnya kekuatan tersebut???. Banyak cara sudah kita lakukan untuk membangkitkan kekuatan, kekuatan itu kali ini bisa kita munculkan melalui alam sekitar.
            Alam sekitar merupakan guru yang memberikan pelajaran pada setiap insan. Tatkala Nabi kita Muhammad mengawali masa kecilnya tinggal di perkampungan bani sa’ad, Melalui alam lah Nabi kita pun belajar. Lalu kali ini dengan kondisi tempat tinggal kita yang minim sekali alam yang asri. Bagaimana cara menghidupkan kembali suasana alami untuk pembelajaran setiap insan???. Ada beberapa hal sudah dilakukan oleh para praktisi pendidikan antara lain :
1.      Menciptakan suasana pendidikan berbasis alam, kali ini terkenal dengan sebutan “Sekolah alam”. Sekolah yang menjadikan alam sebagai lingkungan belajarnya yang alami.
2.      Menciptakan suasana pendidikan berbasis Kebon, kali ini terkenal dengan sebutan “ Sekolah Komunitas KebonMaen”. Sekolah yang menjadikan kebon-kebon sebagai lingkungan belajar yang alami pula.
3.      Menciptakan suasana pendidikan berbasis terpadu, kali ini terkenal dengan sebutan “Sekolah Terpadu”. Sekolah yang menjadikan paduan setiap unit pelajaran pada kehidupan nyata.
4.      Menciptakan suasana pendidikan yang mempunyai kegiatan pramuka dan pencinta alam. Sekolah yang menjadikan anak-anak cinta pada lingkungan dan membangun ketrampilan hidupnya.
Semua itu tidak lepas pada alam yang dijadikan guru untuk anak-anak. Maka, ada irisan yang jelas untuk membangkitkan KEKUATAN, yakni melalui alam. Namun, kenapa alam kali ini menjadi kesepakatan sosial yang dilakukan oleh dunia pendidikan sebagai sarana membangkitkan kekuatan. Karena alam merupakan pembelajaran yang nyata pada kebesaran Allah sang maha pencipta, Firman Allah Ta’ala yg artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang bahtera yg berlayar di laut membawa apa yg berguna bagi manusia dan apa yg Allah turunkan dari langit berupa air lalu dgn air itu Dia hidupkan bumi setelah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yg dikendalikan di antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda bagi kaum yg berakal”.
Selamat berjuang para pengasuh pendidikan, terus berkarya dan terus memberikan teladanmu di setiap alam ini memberikan teladan. Selalu berikan kekuatanmu secara maksimal agar anak-anak di generasi berikutnya mempunyai mental yang kokoh seperti alam yang kokoh…
-Kak Dodo-

Kekuatan Olah Raga.


            Kebiasaan penulis saat bertemu dengan sebagian orang tua di waktu pengambilan raport, memulainya dengan menjadi pendengar terlebih dahulu saat membagikan raport. Kebetulan saat itu, penulis berprofesi menjadi seorang wali kelas. Penulis, menemukan beberapa kalimat dan pertanyaan yang redaksinya hampir mirip. Setiap orang tua bertanya : “gimana pak anak saya di sekolah? Apakah bisa mengikuti setiap pelajarannya? Bagaimana nilainya pak ? matematikanya berapa? Bahasa indonesianya berapa?, dan lain-lain”. Namun, jarang sekali menemukan orang tua yang berlama-lama bertanya pada satu bidang olah raga. Ketika hasil akhir nilai Olah Raga yang tercatat di raport bagus tidak ada komentar yang membahagiakan atau sebaliknya ketika nilainya kurang cukup dengan meremehkan anaknya dengan kalimat : “ iya pak fisik anak saya lemah, iya pak anak saya ada asma nya, dll. Namun, pernahkah berfikir bahwa ada pengaruh besar dari pelajaran olah raga yang diikuti oleh anak-anak di sekolah terhadap karakternya ?. Sehingga kalau kita berfikir ada pengaruh besar dari pelajaran olah raga yang diikuti oleh anak-anak maka setiap sekolah atau orangtua akan berfikir secara serius untuk menata kegiatan olah raganya dengan penuh keseriusan. Bahkan, sampai – sampai ada sebuah sekolah yang memberikan laporan akhir untuk pelajaran Olah Raga dengan bentuk dan format raport tersendiri.
            Apakah ada kekuatan di pelajaran olah raga dalam pembentukan karakter anak?. Berdasarkan pemikiran dan logika yang lepas dari  penulis adalah : “ Karakter adalah ekspresi alami dan tingkah laku alami yang muncul dari individu manusia. Ekspresi dan tingkah laku sangat membutuhkan fisik, namun tatkala ide dan keinginan untuk berbuat  kebaikan yang muncul dari seorang anak tidak didukung dengan kekuatan fisiknya. Sering anak mengundurkan niat baiknya bahkan tidak jadi melaksanakannya karena tidak didukung oleh fisik. Maka, pemikiran ini semakin menguat tatkala Nabi kita saat kecil sudah terlatih berjalan dari lokasi satu ke lokasi lain yang jarak tempuhnya luar biasa jauh. Hal ini merupakan pesan tersirat, pentingnya menyiapkan Olah Raga anak-anak sedini mungkin. Karena ada kekuatan di dalam pelajaran Olah raga untuk pembentukan karakter anak-anak.
            Terlebih lagi dengan kondisi generasi yang terlahir di zaman sekarang, muncul anak-anak yang mempunyai keterbelakangan tingkah laku atau dalam bahasa kerennya adalah anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus “ Special Need”. Kalau kita telaah, dengan sejarah Nabi dan ulama besar terdahulu tidak ada satupun generasi yang terlahir menjadi orang yang “special need”. Namun, di zaman ini banyak sekali, dan lihat bagaimana cara terapinya. Ada beberapa kegiatan-kegiatan merupakan kegiatan olah raga dan outbond. Semakin jelas bahwa peran olahraga dalam pembentukan karakter anak-anak juga besar. Ada satu kalimat menarik dari presiden bangsa Indonesia yang pertama “olahraga sebagai alat pembentuk jasmani, olahraga adalah alat pembangun mental dan rohani yang efektif.
            Maka, sekali lagi penulis mengucapkan selamat kepada guru-guru olahraga khususnya dan guru-guru di Indonesia umumnya. Karakter anakpun terbentuk dengan baik karena ada peran Guru Olah Raga yang serius menjadikan Olah raga sebagai kekuatan pembentukan Karakter... Salam Olah Raga...!!!
-          - Kak Dodo-

Kekuatan Pengasuhan Guru



            Ada kekuatan di balik kata pengasuhan, seperti apa kekuatan itu? Apakah pengasuhan juga termasuk bagian dari kekuatan pembentukan karakter anak-anak? . “Generasi ini butuh orang yang bermental pengasuh”, komentar seorang trainer saat penulis mengikuti pelatihannya. Belakangan ini kampus-kampus yang mencetak para generasi pendidik semakin merebak dimana-mana. Sehingga jumlah lulusan para pendidik baru di salah satu kampus di Jakarta saja setiap tahunnya kurang lebih 11 ribu lulusan yang siap diterjunkan di dunia pendidikan untuk menjadi “ GURU”.  Penulis kali ini mengkerucutkan kata Pengasuhan untuk seorang GURU. Guru haruslah memiliki kekuatan pengasuhan untuk anak didiknya. Pengasuh berbeda dengan pengajar atau pendidik.  Namun, dalam tulisan ini kita tidak akan memperdebatkan 3 kata di atas. Justru, kita para Guru harus mempunyai kesepakatan bersama bahwa “ Siap mengemban amanah warisan yang diberikan oleh Nabi”. Warisan menjadi seorang guru seperti Nabi.
            Tatkala guru mulai berfikir cara rasul mencetak generasi dan para sahabat di zamannya menjadi generasi yang berkualitas, maka generasi yang kita rindukan di zaman sekarang akan segera terwujud. Begitupula kalau kita telaah di zaman peradaban islam seorang sultan Muhammad Alfath, Abdurrahman ad Dakhil, Umar bin Abdul Aziz, dan semua pewaris peradaban di zamannya, kehidupan mereka tidak luput dari kesiapan seorang guru mengasuh mereka. Contoh sederhana : ketika seorang guru yang diamanahkan oleh Abdul Aziz ayah dari Umar bin Abdul Aziz, yang menjadi pengasuh di Madinah. Saat itu Umar bin Abdul Aziz lalai meninggalkan sholat dikarenakan sedang sibuk mengurus rambutnya. Bayangkan hanya masalah rambut, seorang guru begitu perhatiannya untuk mengasuh Umar untuk tidak mengulanginya lagi berlama-lama mengurus rambut dan melalaikan sholat. Sang guru memberikan laporannya kepada Sang Ayah yang jauh dari Madinah, hanya melaporkan lalainya Umar meninggalkan sholat karena rambut.
            Maka, kalau kita lihat kondisi sekarang ada beberapa guru yang memilih profesi bekerja menjadi seorang guru berdasarkan “berapa jam ia mengajar dalam satu hari, setelah jam itu berakhir berakhir pula interaksinya bersama anak didik”. Mungkin boro – boro ( bahasa Jakarta) mikirin lalainya anak sholat karena rambut, bisa jadi untuk mengenal nama dalam satu kelas ia mengajar saja tidak ingat-ingat sampai lulus. Nauzubillah…semoga kita bukan tergolong guru yang seperti itu…
            Maka dari itu, pentingnya guru berjiwa pengasuh. Karena pengasuhan lebih bermakna luas untuk memikirkan perkembangan generasi penerus yang berkualitas seperti para sahabat yang diasuh oleh Nabi. Sahabatku, mari kita sama-sama saling menjaga semangat untuk tetap menjadi Guru yang mempunyai mental pengasuh…
            Selamat buat para guru, karena guru adalah pekerjaan yang sehat. Karena guru adalah pekerjaan yang dirindukan umat. Karena guru pengasuh yang pasti hebat… Generasi ini rindu Guru pengasuh yang Hebat…wallahu’alam

-Kak Dodo-